karakteristik tersebut menunjukkan tantangan penerapan pancasila di era

Silakeempat menunjukkan Pancasila memiliki potensi untuk menjamin keutuhan NKRI dan sila kelima merupakan bentuk jaminan terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera. Titik awal perjuangan telah sampai pada suatu kebangaan bahwa Indonesia adalah negara yang terus berkembang hingga saat ini. Sebagaiideologi negara, Pancasila harus menjadi acuan negara dalam menghadapi berbagai tantangan global dunia yang terus berkembang. Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena dengan adanya globalisasi batasan batasan diantara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat. Sejenakmari kita kembali mengenang nilai-nilai luhur dari sila-sila pancasila secara garis besar yang harus selalu terpatri dan menjadi pedoman hidup setiap rakyat Indonesia terutama generasi penerus yang akan melanjutkan kehidupan mengisi kelangsungan pembangunan dan kedamaian negeri tercinta ini agar ciri khas akhlak dan budi pekertinya selalu berada dalam koridor nilai luhur pancasila Perhatikankarakteristik periode penerapan Pancasila berikut!1) Kebebasan politik dan kebebasan pers dibatasi.2) Pembatasan terhadap jumlah partai politik.3) Terjadi kasus pembredelan terhadap media.4) Terjadi krisis ekonomi di Indonesia.Karakteristik tersebut menunjukkan tantangan penerapan Pancasila di era awal kemerdekaan orde lama orde reforrmasi orde baru Semua jawaban benar Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: D. orde Perhatikankarakteristik periode penerapan Pancasila berikut! 1) Kebebasan politik dan kebebasan pers dibatasi. 2) Pembatasan terhadap jumlah partai politik. 3) Terjadi kasus pembredelan terhadap media. 4) Terjadi krisis ekonomi di Indonesia. Karakteristik tersebut menunjukkan tantangan penerapan Pancasila di era. Kein Mann Will Mich Näher Kennenlernen. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pancasila diambil dari bahasa sansekerta dan terdiri dari dua kata yaitu Panca yang memiliki arti lima dan Sila yang memiliki arti dasar. Pancasila mampu menjadi dasar dan tolak ukur norma serta perbuatan dan juga tingkah laku bangsa Indonesia. Pancasila merupakan lima dasar yang menopang kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila adalah jiwa dari bangsa Indonesia. Untuk menjaga keutuhan Pancasila, dibutuhkan peranan para pemuda bangsa. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang nilai-nilai pancasila. Tetapi kenyataannya nilai-nilai Pancasila kini mulai terkikis oleh globalisasi yang membawa karakter individualis. Pancasila tidak lagi bisa dimanfaatkan sebagai sebuah sarana yang menahan dampak globalisasi. Para pemuda banyak yang tidak lagi peduli dan tidak mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam merupakan sebuah tantangan besar pada setiap negara di abad ke-20 ini. Basis globalisasi dan modernisasi terbesar berada pada aspek IPTEK atau teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi serta komunikasi yang sudah canggih mampu memutus jarak antar belahan bumi satu dan lainnya. Hal ini tentunya dapat menyebarluaskan berbagai macam informasi dari seluruh bagian dunia. Informasi tentang budaya, bahasa dan tren yang sedang hits pun bisa diperoleh dengan mudah melalui situs dan aplikasi yang tersedia di internet ataupun melalui media komunikasi lain. Arus informasi yang sangat cepat mempermudah akses masyarakat terhadap nilai dan norma-norma asing yang negatif serta bertentangan dengan Pancasila. Adanya globalisasi secara otomatis memiliki dampak pada pola kehidupan masyarakat yang tidak lepas dari generasi muda/ remaja, tidak hanya itu, globalisasi dapat mempengaruhi karakter, moral, etika hubungan antar milenial memiliki hubungan yang dekat dengan teknologi. Generasi ini merupakan generasi yang lahir antara tahun 1980 sampai tahun 2000. Mereka tumbuh besar disaat perkembangan IPTEK berkembang dengan pesat, oleh karena itu generasi milenial merupakan generasi yang tingkat penggunaan internetnya sangat tinggi. Ketergantungan terhadap internet tersebut membuat generasi ini lebih memilih menggunakan internet sebagai sumber informasi dan komunikasi karena internet sangat mudah untuk digunakan dan juga memberikan kecepatan dalam mengakses informasi. Jika penggunaan internet dilakukan secara benar dan semestinya tentu saja kita akan mendapat banyak sekali manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Saat ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan teknologi internet untuk hal yang tidak seharusnya. Generasi muda bangsa Indonesia perlahan mulai meninggalkan karakter bangsanya. Generasi milenial saat ini sangat bergantung pada trend yang tersebar luas secara digital terutama di media sosial. Banyak sekali terjadi kasus kekerasan, pornografi, kemiskinan, minimnya ketahanan keluarga, korupsi dan bahkan narkoba. Ancaman ini sama berbahayanya seperti penggunaan narkoba itu sendiri. Tanpa kita sadari, gadget dan media sosial membuat banyak penggunanya menjadi manusia yang manipulatif, yang hidup tidak sesuai dengan kenyataannya. Hal ini tampak pada keseharian masyarakat bangsa Indonesia sekarang, dimana membully, menghina di media sosial, perilaku kekerasan, tindakan menyimpang lainnya tidak lagi menjadi hal yang memalukan untuk diperlihatkan ke khalayak ramai. Selain itu, internet juga seringkali dijadikan ajang pemecah bangsa dengan menyebarkan berita yang tidak benar seperti hoaks atau menyebarkan ajaran radikal yang berpotensi untuk menghancurkan kesatuan Bangsa serta generasi milenial adalah dua hal yang harus mendapat perhatian lebih untuk saat ini. Ketimpangan sosial ini dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat terutama generasi milenial terhadap nilai-nilai Pancasila. Internalisasi dan masuknya nilai liberal yang tidak sesuai dengan kepribadian serta budaya bangsa membuat masyarakat Indonesia bertindak seperti orang buta yang kehilangan tongkatnya. Persoalan yang dihadapi bangsa dan negara hingga sekarang adalah pembudayaan serta aktualisasi nilai-nilai Pancasila yang tidak berjalan secara efektif dan mendasar. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pendidikan Pancasila telah berjalan dari awal kemerdekaan sampai sekarang dan telah mengalami pasang surut dalam penerapannya. Dinamika pendidikan Pancasila pada awal kemerdekaan dilakukan dengan cara pidato dan rapat oleh para tokoh bangsa yang disiarkan pada radio atau surat kabar. Selanjutnya dinamika pendidikan Pancasila mulai berkembang dengan diawali diterbitkannya buku yang berisi pidato Bung Karno yang berjudul Lahirnya Pancasila. Mulai dari situlah banyak bermunculan buku-buku pendidikan terkait patriotisme dan Pancasila seperti Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia Civics dan Penetapan Tudjuh Bahan-Bahan Pokok Indoktrinasi. Selain dari buku yang ditujukan untuk masyarakat, pendidikan Pancasila juga berkembang dan diterapkan pada ada jenjang pendidikan formal. Pendidikan Pancasila disematkan pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang pertama kali muncul sebagai buku pedoman PKn 1957 yang berisi 1. Sejarah dari perjuangan rakyat Indonesia, 2. Pancasila, 3. Undang Undang Dasar 1945, 4. Demokrasi terpimpin, 5. Konferensi Asia-Afrika, 6. Kewajiban dan hak sebagai warga negara, 7. Manifesto politik, 8. Laksana malaikat, lampiran-lampiran mengenai dekrit presiden, serta buku mengenai pendidikan pancasila lainnyaSetelah itu berkembang lagi dengan nama Civics 1962. Bahasan dari Civics 1962 berfokus pada UUD, Sejarah Kebangkitan Nasional, dan Pidato Politik Kenegaraan Pada era orde baru kurikulum sekolah mengalami perubahan menjadi kurikulum tahun 1975 dari yang sebelumnya tahun 1968. Hal ini berpengaruh juga dengan pergantian nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn yang berganti menjadiPendidikan Moral Pancasila PMP. Hasil dari pergantian nama dari PKn menjadi PMP menghasilkan buku paket PMP untuk semua tingkatan pendidikan di sekolah, dengan begitu dinyatakan juga tidak berlakunya lagi buku pedoman Pendidikan kewarganegaraan, manusia masyarakat baru Indonesia. Sedangkan pendidikan Pancasila untuk dikonsumsi masyarakat berbentuk penataran Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila P4.Perkembangan berikutnya adalah dengan perubahan dari Pendidikan Moral Pancasila PMP menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk mengikuti kurikulum sekolah tahun 1994 yang juga didasari oleh UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 ayat 2 yang telah menjelaskan bahwa “Isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang Pendidikan wajib memuat 1. Pendidikan Pancasila, 2. Pendidikan Agama, dan 3. Pendidikan Kewarganegaraan. ”Pada masa sekarang Pendidikan Pancasila tetap dilaksanakan pada Pendidikan formal dan di luar itu Pendidikan Pancasila masih tetap bisa diakses secara fleksibel dengan kemudahan teknologi yang membantu semua kalangan mesyarakat mengakses buku, video, maupun jurnal secara online. Sedangkan pada jenjang lanjut seperti Perkuliahan umumnya memiliki mata kuliah khusus untuk mendalami berkembangnya jaman Pendidikan Pancasila juga harus terus berkembang baik dari sisi materi maupun penerapan system Pendidikan. Di masa yang akan datang tidak menutup kemungkinan untuk berubahnya rezim maupun konteks politik di Indonesia dan dengan luar negri, oleh sebab itu diharapkan di masa yang akan datang akan ada peningkatan mutu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui guru maupun teknologi. Pendidikan Pancasila juga harus dapat membentuk sikap mental masyarakat Indonesia sesuai sila Pancasila, serta adapun perilaku yang menurut penulis untuk pantas dimasukkan pada Pendidikan Pancasila 1. Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan YME, 2. Berbudi pekerti luhur serta disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, 3. Sadar akan kewajiban bernegara, 4. Aktif dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan PancasilaAkibat perkembangan jaman membuat Pancasila semakin hilang nilai. Karena terjadi inovasi pada teknologi membuat kebudayaaan baru yang tadinya tidak mengenal teknologi mendi kenal dan itu tidak bisa dihindari karena sudah lumrah karena kita hidup harus selalu berkembang dan mengikuti jaman yang kian lama akan semakin moderen. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya – Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara turut mengalami dinamika, Adjarian. Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup berbangsa mengalami tantangan, baik dari dalam maupun luar. Contoh tantangan Pancasila dari luar adalah adanya globalisasi. Seiring dengan perkembangan zaman, globalisasi terus mengikis keberadaan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup berbangsa. Globalisasi mengantarkan pada gaya hidup hedonis, modern, dan instan. Sementara itu, tantangan Pancasila yang berasal dari dalam tidak kalah beratnya. Dinamika masyarakat yang fluktuatif dan perkembangan politik yang cukup cepat membuat tergerusya nilai-nilai luhur Pancasila. Nah, tantangan yang dihadapi Pancasila tidak hanya terjadi pada era sekarang, tetapi juga pada era-era sebelumnya. Yuk, kita simak uraiannya! “Pancasila terus menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar dari dulu hingga sekarang.” Baca Juga Materi TKW CPNS, Nilai-Nilai dan Fungsi Pancasila Dinamika Penerapan Pancasila 1. Masa Awal Kemerdekaan 1945-1959 JAKARTA, - Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tandjung menilai, tantangan yang dihadapi Pancasila di masa mendatang semakin besar. Di tengah perubahan zaman, persoalan yang perlu diwaspadai adalah ketika masyarakat, khususnya generasi muda, tidak lagi memandang Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara."Pertama yang harus diwaspadai ketika Pancasila sebagai ideologi negara dan falsafah bangsa, tidak lagi menjadi perbincangan atau wacana di tengah publik. Itu saya kira tantangan yang terberat," kata Doli dalam program Titik Pandang di KompasTV, Jakarta Barat, Senin 27/7/2020. Menurutnya, ketika satu negara tidak lagi menempatkan ideologi negaranya sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka akan timbul celah bagi ideologi lain untuk masuk. Baca juga Penerapan Pancasila Redup, Rektor UNS BPIP Adalah Jawaban Idealnya, Pancasila harus menjadi the living ideology atau ideologi yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan cara-cara baru yang relevan dengan kondisi saat ini. "Saya kira itu dua tantangan terbesar yang harus menjadi target. Satu, tetap menjadikan isu ini Pancasila –red menjadi isu yang penting. Kedua pendekatannya harus selalu up to date," jelasnya. Saat melakukan riset dan disertasi terkait Pancasila, Doli menemukan sejumlah murid sekolah yang tidak hafal lima sila secara utuh. Dari situ, ia menilai, tingkat pengenalan Pancasila kepada generasi muda semakin menurun. Merespons fakta tersebut, ia pun mengusulkan Undang-Undang yang mengatur tentang pengarusutamaan, membumikan, atau pembinaan nilai-nilai Pancasila. Baca juga Menurut Akademisi, BPIP Perlu Payung Hukum Setingkat UU Apalagi, kata Doli, terjadi kekosongan pembinaan Pancasila selama 20 tahun sejak masa reformasi pada 1998. Baru pada 2017, Presiden Joko Widodo membentuk Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila UKP-PIP. Kemudian pada 2018 dikeluarkan Peraturan Presiden Perpres yang menaikkan statusnya menjadi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila BPIP, yakni badan yang bertanggungjawab terhadap pembinaan ideologi negara. Senada dengan Doli, pakar hukum tata negara Bayu Dwi Anggono menambahkan, selain sebagai the living ideology, Pancasila juga harus menjadi the working ideology. Syarat Pancasila menjadi the working ideology adalah diakui kebenarannya oleh seluruh komponen bangsa, dimengerti, dipahami, dan dihayati, serta dipraktikkan dalam kehidupan. Baca juga Ketua MPR Sebut Presiden Jokowi Ingin BPIP Diatur UU Sama dengan Doli, ia pun mengakui bahwa saat ini ada persoalan terkait Pancasila, yaitu melemahnya ideologi itu berdasarkan hasil survei nasional yang dilakukan Center for Strategic And International Studies CSIS 2017. Disebutkan bahwa jumlah masyarakat yang ingin mengganti ideologi Pancasila terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. “Sebagai contoh, menurut survei Center for Strategic And International Studies CSIS 2017, hampir 10 persen milenial setuju Pancasila diganti dengan ideologi lain,” terangnya. Dengan demikian, imbuh Bayu, selain pembinaan yang bersifat partisipatif perlu perangkat ketatanegaraan untuk menghadapi tantangan yang dihadapi Pancasila. Baca juga Kepala BPIP Tuhan memberikan alat yang namanya Pancasila Menyamakan visi untuk merawat Pancasila BPIP sebagai badan pembinaan ideologi Pancasila, menurut Bayu, semestinya tidak hanya diatur dengan Perpres. Ia mengatakan, ada sejumlah lembaga pembinaan lain yang payung hukumnya adalah Undang-Undang. Misalnya, pembinaan kepramukaan, pembinaan perfilman, pembinaan perpustakaan, dan pembinaan kepalang merahan. “Sementara pembinaan ideologi pancasila sebagai ideologi negara level empat di bawah Undang-Undang Dasar UUD, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah PP, dan Perpres. Sehingga perangkat kenegaraan kita tentu tidaklah maksimal dalam konteks pembinaan,” jelasnya. Ia pun menyayangkan, lembaga yang sesungguhnya memiliki level kepentingan di bawah Pancasila, justru diatur dalam UU. Baca juga BPIP dan KPK Kerja Sama Bumikan Pancasila “Jadi ada bentuk ketidakadilan terhadap Pancasila ketika menempatkan pembinaan Pancasila dalam level Perpres,” ujarnya. Itulah kenapa pembinaan ideologi Pancasila bukan hanya tugas presiden saja, melainkan semua pihak. Dengan berpayung hukum Undang-Undang, semua lembaga negara maupun perangkat pemerintah punya visi merawat Pancasila yang sama. “Dengan diaturnya dalam Undang-Undang, maka sesungguhnya kita sudah mengangkat sebuah konsensus bahwa urusan pembinaan ideologi Pancasila termasuk badan penyelenggaranya adalah urusan negara,” tambahnya. Ia pun membayangkan, sebagai lembaga yang berperan dalam pembinaan ideologi Pancasila, tugas BPIP adalah menyelenggarakan musyawarah rencana pembangunan Musrenbang dan menyusun arah kebijakan pembinaan Pancasila. Baca juga BPIP Berencana Gunakan YouTube hingga TikTok untuk Sosialisasi Pancasila Begitu juga dalam hal menyusun kerja sama antar lembaga negara, sehingga tidak ada lagi pihak yang saling mendahului dalam konteks pembinaan ideologi Pancasila. “Kemudian koordinasi finalisasi, semua lembaga silakan melaksanakan pembinaan ideologi Pancasila. Namun standarisasinya, bahan-bahannya, kemudian bagaimana memonitoring pelaksanaannya, BPIP dioptimalkan di sana,” paparnya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sebagaimana kita ketahui, Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang merupakan kumpulan nilai dasar yang dipegang oleh negara serta masyarakat Indonesia sebagai pandangan hidup bangsa. Pancasila lahir karena perjuangan para pahlawan kita sebagai bentuk kesepakatan bersama untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia yang memiliki banyak revolusi industri adalah era di mana teknologi digunakan sebagai kebutuhan pokok masyarakat. Sebagai contoh, ketika lapar dan hendak membeli makan, cukup membuka aplikasi untuk memesan makanan dan membayarnya dengan e-money atau uang tunai. Contoh lainnya adalah saat ingin membeli barang, hal serupa dapat dilakukan dengan hanya membuka aplikasi, memilih barang yang ingin dibeli dan bertransaksi sesuai ketentuan. Komunikasi pun dapat dilakukan dengan semua orang yang ada di dunia ini, baik yang dikenal, maupun yang tidak. Perjuangan Pancasila sebagai ideologi terasa semakin berat saat memasuki era milenial dan revolusi industri karena zaman sekarang, teknologi hampir menguasai seluruh dunia. Perkembangan teknologi yang semakin hari semakin pesat, membuat informasi dapat menyebar dengan mudah. Hal ini jika dalam sudut pandang positif adalah hal yang baik karena dengan informasi yang mudah kita dapatkan, kita menjadi lebih cepat mengetahui apa yang terjadi di sekitar kita. Tetapi, itu berlaku saat kita selektif terhadap suatu informasi dan bijak ketika menerimanya. Informasi yang tersebarluaskan, belum tentu merupakan sebuah fakta lapangan yang terjadi. Terkadang, ada oknum tidak bertanggung jawab yang membuat informasi palsu untuk mengadu domba masyarakat sehingga terjadilah perpecahan. Informasi palsu ini selain dapat menyebabkan perpecahan, dapat membuat seseorang melakukan tindakan asusila, menyakiti orang lain, memicu kepanikan, dan bahkan paling parah dapat membuat suatu Negara terancam jika tidak memiliki ideologi yang tantangan untuk menerapkan Pancasila lebih dirasakan oleh generasi milenial. Mereka lahir ke dunia ketika dunia telah berpusat pada teknologi yang secara tidak sadar membuat mereka tidak mengetahui apa yang terjadi kepada dunia sebelum teknologi berkembang pesat. Mereka menganggap, zaman sekarang memang hal lumrah untuk sering bermain gawai. Kepala mereka sering menunduk untu bermain gawai, mengabaikan sekitar mereka, serta lebih senang untuk mengobrol lewat media komunikasi daripada secara langsung. Apakah itu hal yang patut kita prihatinkan? Iya. Sila-sila yang terkandung pada Pancasila lebih cenderung mengajarkan kita untuk bersosialisasi, mempererat tali silaturahmi, dan menjalin persaudaraan dengan komunikasi yang terjadi secara tatap muka karena selain dapat meningkatkan skill sosialisasi, hal ini dapat membuat kita lebih mengenal karakter orang dari gurat wajah dan lainnya adalah saat pembelajaran tentang pendidikan Pancasila, para pengajar seakan kesusahan untuk menarik perhatian para siswa untuk fokus akibat dari konten gawai yang lebih menarik dibandingkan materi yang disampaikan oleh pengajar, membuat mereka lebih berpikir tentang "kapan pembelajaran ini selesai?". Lalu apa solusinya? Pembelajaran dapat diubah dari teacher oriented ke student oriented sehingga siswa lebih aktif dalam kelas. Metode lain yang dapat dilakukan adalah materi tentang pembelajaran Pancasila dikemas semenarik mungkin dalam bentuk narasi singkat dengan gambar menarik atau berupa permainan kecil sehingga siswa dapat lebih fokus. Dapat juga dilakukan dengan membuat film animasi yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila sehingga siswa tidak merasa monoton dan bosan. Untuk tantangan dalam penerapan Pancasila secara umum, tantangan Pancasila sebagai ideologi dalam era ini pun datang dari segi liberalisme, kapitalisme, individualisme, terorisme, dan kebudayaan global. Sebagai bukti, ini adalah pelanggaran yang terjadi pada sila-sila Ketuhanan yang Maha EsaMasih adanya gerakan terorisme yang mengatasnamakan agama tertentu, merusak tempat ibadah dan fanatisme yang sifatnya sangat merugikan. Kasus terorisme yang terjadi baru-baru ini adalah ledakan di Gereja Katedral Kemanusiaan yang adil dan beradabMasih adanya perdagangan manusia, memperkejakan anak di bawah umur, dan keadilan ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat tidaklah sama rata, masih bergantung kepada status sosial ekonomi Persatuan IndonesiaMasih adanya gerakan yang menganggap sukunya lebih baik dari suku lainnya yang memicu peperangan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilanTerlihat dari demokrasi yang masih tidak dewasa, terutama pada bidang politik. Kritik yang diberikan terkadang dianggap sebagai suatu perlawanan terhadap pemerintah. Padahal kita adalah negara Keadilan sosial bagi seluruh rakyat IndonesiaMasih terlihat adanya perbedaan pendapatan yang diperoleh masyarakat kelas bawah serta pengangguran dan kemiskinan masih banyak ditemukan. Tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi dengan cara Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya Pancasila untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam menghadapi revolusi industri mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan rasa toleransi, dan bersikap terbuka terhadap suatu sumber daya manusia yang unggul dengan nilai-nilai Pancasila sehingga tidak melupakan jati diri bangsa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK sebagai media dalam penanaman dan penguatan Pancasila di era yang serba digital Pancasila sebagai Ideologi Negara 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya

karakteristik tersebut menunjukkan tantangan penerapan pancasila di era